Senin, 11 Februari 2013

Poin Solusi Penyelamatan PD


  1. sebagai ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, SBY akan memimpin langsung penyelamatan dan konsolidasi untuk pembenahan partai yang dinilai dalam kondisi tidak berjalan baik.
  2. segala keputusan dan tindakan partai dijalankan Majelis Tinggi partai. Ketua Majelis Tinggi partai mengambil keputusan dan arahan penting dan strategis.
  3. elemen-elemen partai, utamanya Fraksi DPR, DPP, DPD, DPC, berada dalam kendali dan bertanggung jawab langsung kepada majelis tinggi partai sesuai dengan hierarki dan konstitusi partai.
  4. Majelis Tinggi partai melakukan penataan dan penertiban organisasi partai.
  5. keputusan Majelis Tinggi mutlak diindahkan dan dijalankan. Bagi yang tidak menjalankan akan dikenakan sanksi organisasi yang tegas. "Termasuk yang tidak nyaman dengan elektabilitas partai saat ini dan juga yang tidak suka dengan penanganan oleh Majelis Tinggi, kami persilakan meninggalkan partai dengan ucapan terima kasih dan posisi yang ditinggalkan akan diisi pejabat baru," tegasnya.
  6. penataan dan penertiban konsolidasi partai berakhir, setelah nama baik dan kondisi partai kembali pulih dan normal.
  7. kepada Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum, sementara saya berikan kesempatan untuk lebih memfokuskan diri menghadapi dugaan masalah hukum di KPK. Dengan harapan keadilan benar-benar tegak, dan tim hukum Partai Demokrat siap memberikan bantuan hukum," tutur SBY.
  8. dengan memohon pada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, Partai Demokrat akan melakukan penataan, penertiban, dan pembersihan partai dari unsur negatif, baru melakukan ikhtiar.

Poin Pakta Integritas PD

  1. Senantiasa menjaga integritas, kinerja dan pengabidan untuk mensejahterakan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Senantiasa menjaga baik nama Partai Demokrat dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Setiap kader akan junjung tinggi jati diri partai demokrat yang bersih dan santun.
  2. Dalam menjalankan tugas, saya akan adil bekerja untuk semua, tidak akan menjalankan tugas dengan diskriminatif
  3. Sesuai dengan ideologi, manifesto politik, dan platform Partai Demokrat, setiap kader akan menjalankan persatuan, harmoni dan toleransi dalam kehidupan rakyat yang majemuk berdasarkan Pancasila, UUD 45, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika.
  4. Demi terciptanya semangat pembangunan, saya akan bekerja keras meningkatkan taraf hidup rakyat yang belum semua sejahtera dengan tindakan yang nyata. Semua program prorakyat akan dipertahankan bahkan ditingkatkan
  5. Sebagai kader Partai Demokrat, semua kader akan patuh dan taat pada konstitusi hukum yang berlaku sebagai cerminan warga bangsa yang baik. Patuh dan taat kepada kode etik Demokrat.
  6. Sebagai kader Demokrat yang menjalankan tugas di eksekutif dan legislatif, saya akan menjalankan kode etik, demi pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi
  7. Sebagai pejabat publik, setiap kader harus mencegah perbuatan korupsi termasuk suap yang merugikan negara. Termasuk narkoba, asusila dan perbuatan berat lain. Kalau jadi tersangka, saya siap menerima sanksi dari Dewan Kehormatan Partai
  8. Dalam hal jika kader Demokrat menjadi tersangka, maka kader tersebut siap mundur atau diberhentikan oleh Dewan Kehormatan Partai.
  9. Sebagai WNI dan pejabat publik yang taat aturan dan mendukung terhadap pemberantasan koprupsi. Saya bersedia menyerahkan laporan harta kekayaan dan nomor pokok wajib pajak.
  10. Khusus sering terjadinya korupsi di APBN dan APBD, saya pejabat di eksektuif berjanji tidak melakukan penyimpangan.

Senin, 28 Januari 2013

Memahami Pribadi Jendral Sudirman

         Tanggal 29 Januari adalah momentum yang tepat bagi seluruh warga indonesia untuk bercermin dan mengobati kondisi negeri kita yang dilanda oleh krisis kepemimpinan. Karena pada tanggal inilah, seorang pahlawan yang dinobatkan sebagai Pahlawan Pembela Kemerdekaan telah wafat, setelah bertahun-tahun lamanya memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Sudirman atau yang lebih dikenal dengan Jendral Sudirman adalah sosok Pahlawan yang lahir pada tanggal 24 Januari 1916 dan wafat pada 29 Januari 1950. Sudirman sendiri merupakan seorang Pahlawan yang bergelar Panglima Besar Jendral. Sebuah gelar tinggi yang diperoleh karena prestasi-prestasinya. Beliau merupakan panglima pertama sekaligus termuda dalam catatan sejarah negeri kita.
Selama pra dan pasca kemerdekaan, tercatat bahwa secara berturut-turut pasukan yang dikomandoi oleh Panglima Besar Jendral Sudirman berhasil menaklukkan pasukan Jepang dan Belanda yang pada saat itu tengah menduduki Indonesia. Serangan gerilya merupakan strategi perang yang selalu digunakan oleh beliau. Strategi inilah yang akhirnya selalu membawa beliau dan pasukannya memenangkan sejumlah peperangan. Semangat juang untuk berperang beliau tak pernah surut atau padam meski tubercolosis menggerogoti tubuhnya. Bahkan meski paru-parunya sudah dikempeskan sebelah oleh dokter, namun beliau tetap berdiri tegak memimpin perang. Pernah suatu ketika dengan kondisi tubuh yang sudah lemah beliau masih ingin ikut berperang. Pada saat itu, beliau berperang dengan ditandu oleh beberapa orang pasukannya. Beliau tetap ikut bergerilya dan mengatur strategi, serta menyemangati para pasukannya!
Apabila dicermati, maka seluruh keberhasilan yang telah diraih oleh Panglima Besar Jendral Sudirman, sesungguhnya tak lepas dari peran latar belakang kepribadiannya. Gigih, tegas dan tanggung jawab adalah beberapa bentuk sifat yang dimiliki oleh Beliau. Banyak manfaat yang dapat dipetik lewat kepribadian beliau untuk mengatasi krisis kepemimpinan yang hingga saat ini masih melanda negeri kita. Kiranya masih banyak kepribadian beliau lainnya yang dapat dicontoh oleh para petinggi negeri ini. Setelah dipahami, maka menurut Penulis, terdapat beberapa kepribadian Jendral Sudirman yang harus ditiru oleh para petinggi Bangsa ini. Namun, dari keseluruhan kepribadian tersebut, salah satu yang dipandang tak kalah penting adalah ketaatan dan kepatuhannya terhadap Agama. Inilah pondasi awal yang telah membentuk seluruh kepribadian beliau.

Kepribadian Jendral Sudirman
"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa pahlawannya". Inilah ungkapan luhur dari Bung Karno yang sudah sejak lama terngiang-ngiang di telinga setiap petinggi negeri ini, tapi tak pernah sama sekali dihiraukan. Akibatnya, jelas dapat kita lihat bersama lewat kondisi negeri kita sampai saat ini.
Sepertinya kita harus belajar dari negara Malaysia yang betul-betul menghargai jasa-jasa para pahlawannya. Bahkan, bukan hanya menghargai para pahlawan mereka saja, tetapi mereka juga menghargai orang yang mereka benci, pahlawan sekaligus presiden pertama negara Indonesia, Soekarno. Hal ini jelas dapat dilihat dari masih adanya sebuah bangunan mirip stadion yang memampang nama Soekarno, disana. Tak hanya masih ada, mereka juga merawat dan menjaganya. Tindakan tersebut dilakukan karena mereka merasa bahwa melalui Soekarno-lah mereka banyak belajar.
Kiranya, para pemimpin negeri kita juga harus mulai belajar untuk menghargai jasa para pahlawannya, termasuk Panglima Besar Jendral Sudirman. Berkenaan dengan tanggal 29 Januari adalah hari wafat Panglima Besar Jendral Sudirman, maka sosoknya patut dikenang dan diresapi oleh para pemimpin saat ini. Kiranya ada beberapa kepribadian beliau yang patut ditiru oleh para pemimpin agar keringat dan darah yang telah dikeluarkan beliau demi memerdekakan negeri ini, tidak menjadi sia-sia. Beberapa kepribadian tersebut adalah sebagai berikut :

  1. Ketaatan terhadap agama adalah sifat yang dimiliki oleh Jendral Sudirman. Diketahui oleh seluruh penduduk dan anggota pasukannya bahwa Jendral Sudirman adalah orang yang betul-betul taat dan patuh terhadap agama Islam. Bahkan sebelum menjadi prajurit perang, pada tahun 1936, beliau juga pernah menjadi guru di sebuah sekolah rakyat milik Muhammadiyah. Kian mantaplah keyakinannya terhadap agama. Keyakinan terhadap agama, apabila dipahami dan diamalkan, maka akan menggiring seseorang kepada keselamatan dunia dan akhirat. Selain itu norma-norma agama akan selalu mengarahkan setiap tindakan seseorang kepada hal-hal yang baik yang selaras dengan rasa keadilan masyarakat. Agama adalah pondasi awal bagi pertumbuhan para penganutnya agar dapat menuju kemantapan sifat, mental, dan sikap
  2. Rela berkorban juga merupakan salah satu sifat yang tercermin dari beliau. Berangkat dari rasa iba hingga akhirnya bermuara kepada kepedulian terhadap kehidupan masyarakat, maka tanpa ragu beliau angkat senjata, memerangi pasukan Jepang dan Belanda. Sikap yang tercermin ini merupakan perwujudan dari sifat rela berkorban yang ada di dalam diri beliau. Sifat rela berkorban akan memunculkan tekad baja yang kuat, karena semangat seluruh masyarakat terhimpun dan dibawa oleh orang yang rela berkorban tersebut. Selain itu, restu dan dukungan penuh masyarakat akan selalu menyertai orang-orang yang rela berkorban, sehingga kian berkobarlah semangatnya.
  3. Gigih dalam usaha. Kegigihan pada diri Jendral Sudirman tampak pada upayanya yang tak pernah berhenti memerangi pasukan Jepang dan Belanda demi meraih kemerdekaan. Bahkan meski pada saat perjuangannya, beliau pernah ditangkap oleh Belanda, namun peristiwa itu tak sedikitpun mengurangi tindakannya untuk kembali memerangi pasukan Penjajah. Itulah bentuk kegigihan beliau. Kegigihan akan melahirkan sikap pantang menyerah dan tak mudah putus asa.
  4. Amanah dan bertanggung jawab adalah sifat selanjutnya yang dimiliki oleh beliau. Bukti bahwa beliau adalah orang yang amanah dan bertanggung jawab dapat dilihat setelah beliau diamanahkan jabatan tinggi sebagai Panglima Besar Jendral oleh Soekarno. Tampak bahwa rasa kepercayaan yang telah disematkan tersebut beliau perlihatkan lewat tanggung jawabnya. Jelas sekali bahwa pada kondisi tubuh terlemah sekali pun, beliau merasa masih harus ikut berperang agar dapat memberikan pengarahan dan strategi serta menyemangati para pasukannya. Inilah bentuk tanggung jawab terhadap jabatan dan para anggota pasukannya. Sifat ini, akhirnya menimbulkan rasa simpati dan empati terhadap beliau, sehingga lambat laun para pasukan dan seluruh masyarakat juga mengadopsi sifat ini ke dalam diri masing-masing. Jelas, apabila sifat ini dimiliki oleh para pemimpin negeri ini, maka akan menumbuhkan sekaligus mempertahankan rasa kepercayaan dan kecintaan yang besar dan kuat dari masyarakat.
  5. Cerdas juga merupakan sifat yang dimiliki oleh Jendral Sudirman. Sifat ini tergambar jelas melalui perjalanan hidupnya disela tidak dan disaat berperang. Di saat sedang tidak berperang, beliau tetap menyusun rencana strategi pertahanan dan penyerangan. Bahkan di saat berperang, rencana strategi tersebut dilaksanakan dengan sempurna dan sukses. Berkat kecerdasan itulah, akhirnya beliau dapat terus meniti karirnya dari prajurit biasa, hingga akhirnya dapat meraih puncak kegemilangan karirnya sebagai Pangsar Jendral. Kecerdasan merupakan modal penting yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Karena kecerdasan seorang pemimpin merupakan cikal bakal indikator bagi perkembangan dan kemajuan wilayahnya. Dengan adanya kecerdasan, maka seorang pemimpin tidak akan mudah diperdaya dan dijerat oleh para bawahan atau pun individu-individu yang sejajaran dengannya.
  6. Jiwa sosial adalah salah satu sifat dari sekian banyak sifat luhur yang bersemayam dalam pribadi Jendral Sudirman. Jiwa sosial yang dimiliki oleh Sang Jendral dapat dilihat ketika masa pendudukan Jepang di Indonesia, beliau bergabung ke dalam organisasi Badan Pengurus Makanan Rakyat untuk menolong masyarakat dari bahaya kelaparan. Apabila seorang pemimpin memiliki sifat ini, maka jelas, pemimpin tersebut akan memperhatikan nasib masyarakat disela memperhatikan nasib diri, keluarga, dan kerabatnya sendiri.

Jelas sudah bahwa apabila para petinggi bangsa ini dapat menghargai jasa para pahlawannya, maka kondisi negara kita tidak akan menjadi seperti saat ini. Setidaknya kita juga dapat belajar dari Panglima Besar Jendral Sudirman yang sudah bersusah payah bersama para pahlawan lainnya merebut kemerdekaan Indonesia. Apabila mereka tidak ada, maka sampai saat ini kita pasti masih menderita dijajah oleh bangsa luar. Sudah saatnya kita belajar meniru kepribadian Jendral Sudirman agar dapat melahirkan pahlawan selanjutnya, yang akan memerangi para penjajah yang berasal dari bangsa kita sendiri.

Dimuat pada Harian Pagi Radar Bangka Edisi 29 Januari 2013
Klik : Memahami Pribadi Jendral Sudirman

Jumat, 18 Januari 2013

Pantaskah Dapat Mobil Baru?

Januari 2013 ini masyarakat Bangka Belitung dicengangkan dengan sebuah pemberitaan media massa tentang perencanaan Pemerintah Daerah dan DPRD provinsi Bangka Belitung yang akan melakukan pengadaan kendaraan dinas bagi kepala daerah dan wakil kepala daerah serta beberapa instansi provinsi Bangka Belitung. Terkait dengan hal tersebut, berbagai tanggapan masyarakat mulai berdatangan mengkritik dan memprotes usulan yang diajukan oleh lembaga eksekutif dan dikabulkan oleh lembaga legislatif daerah itu. Pasalnya, masyarakat menganggap bahwa kendaraan dinas sebelumnya, yang digunakan sampai sekarang masih layak jalan. Di samping itu, masyarakat bumi serumpun sebalai juga mengungkapkan bahwa mereka yang ditetapkan akan menerima kendaraan dinas sebagai fasilitas penunjang tersebut belum layak mendapatkannya, karena rasio antara fasilitas yang didapatkan dengan kinerja yang dilakukan selama ini sama sekali belum berimbang, bahkan masih jauh dari panggang api. Di samping itu, besarnya anggaran dana untuk pengadaan tersebut dipandang oleh masyarakat akan lebih bermanfaat apabila dipergunakan untuk membangun sejumlah fasilitas umum yang tepat sasaran dan manfaatnya. Tak hanya masyarakat, opini tajam pun juga muncul dari seorang tokoh pengamat sosial politik daerah, Ibrahim yang memaparkan bahwa lembaga eksekutif dan legislatif adalah dua lembaga yang menguasai pintu keluar anggaran. Menarik sekali apabila kita terus menyimak setiap fragmen pemberitaan ini. Ada satu hal yang dapat kita cermati dari hiruk pikuk ini. Di saat bermacam kritik dan pendapat kritis yang muncul dari masyarakat membuat kondisi semakin meruncing, akan tetapi tidak ada satu pun penjelasan yang muncul dari pihak pemerintah untuk mengkondusifkan keadaan ini.



Keputusan Kontroversial

Keputusan Pemerintah dalam pengadaan kendaraan dinas bagi kepala daerah dan wakil kepala daerah serta sejumlah instansi provinsi Bangka Belitung memang merupakan sebuah keputusan yang sudah tepat bila dinilai dari sisi aturan, akan tetapi akan menjadi tidak tepat apabila disandingkan dengan hasil kerja nyata yang selama ini telah diperoleh. Yang menjadi pangkal persoalan dalam hal ini adalah tidak adanya balansi antara keputusan tersebut dengan prestasi yang telah dicapai oleh para calon penerima kendaraan operasional tersebut. Coba kita lihat, prestasi seperti apa yang telah dicapai oleh mereka selama ini?

Mengingat salah satu bidang yang disorot oleh mayoritas masyarakat negeri laskar pelangi adalah bidang pembangunan, maka apabila diperhatikan dengan cermat, sebagian besar program pembangunan pemerintah daerah yang telah ada selama ini, baik yang belum, sedang, maupun yang telah selesai dijalankan/kerjakan, mulai dari tahap perumusan hingga sampai penyelesaiannya dirasa banyak yang kurang, bahkan tidak bermanfaat sama sekali. Selain itu, tidak adanya transparansi dalam penggunaan dana anggaran juga dianggap sebagai ketidak-terbukaan pemerintah daerah pada programnya.

Dalam konteks pembangunan, tidak adanya transparansi pemerintah dalam penggunaan anggaran hanya menjadikan pembangunan sebagai ladang pekerjaan asal jadi, dimana masing-masing pihak hanya mengharapkan fee dan upah saja. Ketidak-sesuaian antara spesifikasi baku yang telah diperjanjikan sebelumnya dengan keadaan fisik dari sarana dan pra sarana umum adalah hal utama yang melatarbelakangi persoalan ini. Praktek kongkalikong yang kerap dilakukan antara pihak pemberi pekerjaan dan penerima pekerjaan juga merupakan syarat utama dalam menghadirkan bingkai pembangunan asal-asalan seperti ini. Akibatnya adalah rendahnya tingkat ketahanan fisik sarana dan prasarana umum tersebut, sehingga rentang waktu pemanfaatannya juga relatif singkat. Ironis, padahal anggaran dana yang telah dikucurkan tidaklah sedikit.

Di sisi lain, banyaknya pembangunan sarana dan pra sarana umum yang terkesan mubazir karena sebelumnya tidak dilakukan pengkajian kelayakan terlebih dahulu telah membuat sejumlah sarana dan pra sarana tersebut tidak dipergunakan dengan maksimal, bahkan tidak dipergunakan sama sekali. Ketidak-tepatan seperti ini hanya akan menyebabkan terbengkalainya fasilitas umum yang telah dibangun dengan anggaran yang cukup besar. Contoh dekat dan nyata dapat kita lihat dari dibangunnya rumah sakit provinsi bangka belitung yang terletak sangat jauh dari pemukiman penduduk. Jauhnya jarak yang harus ditempuh oleh pasien agar sampai di rumah sakit tersebut, menjadi catatan tersendiri bagi masyarakat. Di samping itu sedikitnya volume lalu lintas yang saat ini melewati jalan menuju rumah sakit tersebut juga menandakan bahwa studi kelayakan tidak dilakukan dengan benar, malah bisa jadi tidak dilakukan studi sama sekali.

Selain hal diatas, polemik pada sektor pertambangan timah juga menjadi masalah besar yang terjadi berlarut-larut tanpa ada penyelesaiannya. Mulai dari penambangan timah ilegal, penyelundupan timah besar-besaran yang mengakibatkan kerugian ekonomi daerah, hingga rusaknya bumi laskar pelangi ini akibat penambangan timah yang tidak beraturan. Tidak adanya keseriusan dan ketegasan pemerintah daerah dalam menangani sektor pertambangan ini tentu merupakan kegagalan bagi pemerintah daerah sendiri.

Lantas, dengan seluruh gambaran prestasi di atas, apakah layak keputusan pengadaan kendaraan dinas baru tersebut? Lontaran kritik dan saran masyarakat memang ada benarnya. Sementara kendaraan dinas yang lama masih sangat layak untuk operasi, akan tetapi kenapa masih ngotot untuk digantikan dengan membeli yang baru?



Angkat Bicara?

Melihat kondisi yang ditimbulkan oleh keputusan pemerintah daerah yang ingin "belanja" kendaraan operasional baru tanpa memperhatikan kondisi kendaraan yang lama, maka kiranya sudah saatnya sosok seorang pemimpin daerah ambil bagian didalamnya dengan angkat bicara guna memberikan penjelasan yang akan meredam gejolak masyarakat.

Seorang kepala daerah yang merupakan unsur penyelenggara pemerintahan daerah ditugaskan untuk me-manage roda operasional pemerintahan pada kancah daerah. Mengatur dan mengurus seluruh urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat adalah salah satu dari tugas yang disematkan kepada kepala daerah. Segala tindak tanduk yang akan dijalankan oleh setiap stakeholder pemerintahan kiranya wajib diketahui oleh seorang kepala daerah. Tidak ada yang boleh terlewatkan sedikitpun. Fungsi kontrol harus senantiasa dilakukan olehnya sehingga dapat memantau berbagai tindakan yang dilakukan oleh para bawahannya. Selain itu fungsi sinergisitas dan harmonisasi terhadap lembaga pemerintahan yang sejajar dengannya, seperti lembaga legislatif dan yudikatif harus terjalin dengan penuh transparansi, sehingga masyarakat dapat melihat jelas dengan hati nurani bahwa jalinan yang terjadi bukan fiktif atau sandiwara belaka yang dilakukan untuk mengelabui masyarakat. Tak hanya itu, seorang kepala daerah juga dituntut memiliki tingkat kepekaan yang tinggi untuk segera menyelesaikan berbagai persoalan yang beredar di publik. Terlebih lagi, apabila sumber permasalahan itu timbul dari keputusan atau kebijakan yang diambil oleh pemerintahan.

Sebetulnya, seseorang yang mengaku sebagai kepala daerah akan merasakan kesedihan mendalam yang disertai dengan rasa sakit yang mendera apabila ia sampai melihat salah seorang masyarakatnya hidup dengan penuh penderitaan. Jika dihadapkan dengan keadaan seperti ini, maka ia akan merasa lega apabila dapat mengeluarkan masyarakatnya tersebut dari jerat penderitaan. Kecenderungan seorang kepala daerah sebagai pemimpin sejati terlukis jelas dari keinginan dan semangatnya yang kuat untuk selalu mempertahankan keadaan masyarakatnya senantiasa berada pada titik kebahagiaan. Kemudian, apabila sudah seperti ini, masyarakatnya pun akan menaruh simpati besar dan selalu mendukung setiap langkahnya.

Apabila selama ini pesan yang sarat akan moralitas hanya disampaikan di atas panggung kampanye, maka sudah sepantasnya mulai saat ini seseorang yang disebut sebagai seorang pemimpin menyampaikannya di setiap ada kesempatan sehingga tumbuh kepercayaan dan keyakinan di dalam tubuh masyarakat bahwa mereka dipimpin oleh seorang kepala daerah yang berjiwa besar dan bertanggung jawab. Kiranya, apabila tindakan seperti ini dilakukan, maka dirasa sudah lebih dari cukup untuk membuat masyarakat menghargai seorang pemimpin sebagai seorang kepala daerah sejati.

Selaku kepala daerah yang berasal dari pilihan masyarakat, maka harus selalu diingat bahwa pemerintahan yang baik dan sehat harus dihadirkan ditengah-tengah masyarakat. Sebagai kepala daerah yang merupakan cerminan dari seluruh masyarakat, wakil dari seluruh harapan dan keinginan utuh masyarakat. Maka, salah satu satu fungsinya adalah untuk menyerap aspirasi masyarakat untuk kemudian disusun dengan baik dan direalisasikan dengan baik pula.


Dimuat pada Opini Harian Pagi Bangka Pos edisi 18 Januri 2013

Minggu, 13 Januari 2013

Pejuang Mata Pena

Baru selesai liat-liat postingan tulisan lama, blognya tetangga sebelah. Kagum banget sama isi blognya. Gak cuma itu. Saya juga kagum sama kepribadian si Penulisnya. Beberapa tulisannya memberikan inspirasi dan motivasi bagi pembaca.

"Pemilik blog yang sedang mencari jati diri di atas kebenaran", begitulah dia menyebut dirinya. Lewat beberapa postingan yang sempet saya baca, saya berkesimpulan kalo pemilik blog merupakan sosok pejuang yang memilih menyuarakan isi hatinya ke dalam tulisan. Akh, sosok yang hebat. Meski tak begitu tenar dimata publik, dia tak pernah ambil pusing. Jujur, saya terharu ketika membaca beberapa postingannya. Bukan karir yang di inginkan, bukan juga popularitas yang ingin dikejar. Namun, semangat tempurnya yang tinggi, lantaran ingin merubah wajah negeri ini lewat kata-kata lah yang dia tunjukkan. Sungguh pribadi yang mengesankan sekaligus mencerahkan.

Di dalam tulisannya, dia mengupas bermacam permasalahan yang tengah merundung negeri kita tercinta. Kalimat demi kalimat dirangkai dengan sedemikian rupa. Seiring itu, paragraf yang terbentuk pun memiliki relevansi yang jelas, sama sekali tidak lari dari koridor keinginan si Penulis. Salah satu postingan miliknya, meski cuma hasil kutipan dari penggalan karya salah seorang tokoh besar Indonesia adalah salah satu yang paling saya suka. Kalo ga salah, judulnya "Resensi Buku Soe Hok Gie Oleh Arief Budiman". Yah, meski cuma sebuah kisah lama, tapi tetep punya kesan dan pesan tersendiri buat saya. Di sana, dia menceritakan bahwa Soe Hok Gie yang merupakan seorang pejuang mata pena sejati, kerap berdiri melakukan perlawanan terhadap para pejabat yang bermental borbrok lewat media tulisan. Ahh, emang bener-bener mengesankan! Sekian banyak tulisannya yang telah dimuat oleh media massa. Yang patut diacungi jempol dari sekian banyak tulisan Soe Hok Gie adalah keberaniannya dalam menyebutkan nama-nama terkait pada tulisannya. Tentu bukan hal yang sembarangan, dia memiliki dasar-dasar fakta tersendiri untuk semua tulisannya.

Sangat disayangkan orang-orang seperti Soe Hok Gie harus meninggalkan dunia pada usia yang relatif muda. Mungkin, apabila seandainya dia masih hidup saat ini, karya-karyanya akan semakin ramai menghiasi jendela media massa. Namun, meskipun sosoknya telah sirnal, tetapi semangatnya akan selalu hidup dan tumbuh subur dalam perasaan dan pikiran setiap bibit baru yang ingin memperbaiki nasib negeri tercinta ini. Semoga di antara kita juga memiliki semangat yang sama, sehingga dapat melanjutkan perjuangan Soe Hok Gie, tentunya sebagai Pejuang Mata Pena Sejati.

Jumat, 11 Januari 2013

Pena

Jika senapan memiliki mesiu, maka pena memiliki tinta.
Jika senapan memiliki peluru, maka pena memiliki mata.
Jika senapan harus ditembakkan, maka pena harus digoreskan.
Jika senapan menembus kulit, maka pena menembus dimensi.

Pena adalah senjata bagi eksistensi ruang dan waktu.
Pena adalah instrumen pengukir dimensi sejarah abadi.
Pena adalah sebuah mesin tempur bermodal daya pikir.
Pena adalah kejujuran nurani di dalam bayang ekspresi.

Tarian pena di panggung kertas adalah solusi kehidupan.
Tarian pena di dalam Diary Book adalah luapan emosi.
Tarian pena di dalam Drawing Book adalah jejak kreasi.
Tarian pena di secarik kertas violet adalah romantisme.

Setiap goras gores mata pena adalah sebuah mahakarya.
Setiap goras gores mata pena adalah sebuah argumentasi.
Setiap goras gores mata pena adalah sebuah deskripsi.
Setiap goras gores mata pena adalah sebuah narasi.


Dhani, Januari, 12/2013




Rabu, 09 Januari 2013

Meneladani Pangeran Diponegoro

Di lahirkan pada tanggal 11 November 1785 dan wafat pada tanggal 8 Januari 1855, Dipanegara atau Diponegoro adalah salah satu pahlawan yang berasal dari pulau Jawa. Beliau merupakan seorang pahlawan yang bergelar pangeran karena merupakan anak tunggal dari Hamengkubuwono III, seorang raja Mataram di Yogyakarta.


Berbekal tekad dan semangat, Pangeran Diponegoro dan penduduk Jawa bersatu menggalang kekuatan untuk menggempur dan melengserkan jajahan Belanda dari pulau Jawa. Meskipun pada akhirnya, ia sendiri harus tertangkap dan kemudian diasingkan ke Manado karena tipu daya Belanda, tapi sebelumnya ia sudah membuat Belanda sangat kewalahan. Besarnya biaya perang yang telah dikeluarkan dan tumbangnya 8.000 orang prajurit Belanda merupakan bukti perjuangan yang telah dilangsungkan oleh penduduk Jawa atas komando dari Pangeran Diponegoro.


Hal menarik dari Pangeran Diponegoro adalah ia dikenal karena kepribadiannya yang baik. Beberapa diantaranya adalah sikap rendah hati, merakyat, rela berkorban dan tidak tamak. Tak banyak sumber dan literatur yang dapat mengungkap keseluruhan utuh dari Beliau. Namun, sikap-sikap yang sudah terungkap, seyogyanya harus menjadi panutan bagi para pejabat negara yang hidup dizaman sekarang agar dapat merubah masa depan bangsa dan negara.



Karakteristik Sang Pangeran

Jauh sebelum perang antara Pangeran Diponegoro beserta penduduk Jawa dan Belanda atau yang lebih dikenal dengan Perang Sabil terjadi, Pangeran Diponegoro sempat akan diangkat menjadi Raja Mataram oleh Ayahandanya, Hamengkubuwono III. Namun dengan segala kerendahan hati, Beliau menolak halus permintaan Ayahandanya tersebut dengan alasan bahwa ia lebih bahagia jika dapat hidup sebagai seorang pangeran dan membaur ditengah-tengah masyarakat.


Peristiwa penolakan yang dilakukan oleh Pangeran Diponegoro tadi merupakan salah satu dari sekian banyak karakteristik positif yang dimiliki oleh Beliau. Hal ini jelas menggambarkan bahwa Beliau adalah sosok makhluk sosial yang sama sekali tidak haus akan jabatan, dengan kata lain dapat dikatakan bahwa Beliau memiliki sifat rendah hati dan tidak tamak atau serakah sekaligus berjiwa kerakyatan.


Sifat lain yang bersemayam didalam pribadi Pangeran Diponegoro adalah sifat rela berkorban demi kepentingan penduduk. Selama Belanda menjajah kepulauan Jawa dengan strategi Pecah Belah dan Perintah atau sering disebut dengan Divide and Rule. Meluasnya penerapan sejumlah biaya pajak kepada penduduk sehingga kian membebani dan menambah penderitaan penduduk dan penggunaan kebudayaan dan kebiasaan barat seperti melakukan hubungan seks pranikah, menenggak minuman keras, dll di kepulauan Jawa oleh para petinggi kerajaan dinilai sebagai suatu hal istimewa dan menyenangkan. Namun keseluruhan hal ini ditolak oleh orang-orang tua karena dinilai memberatkan dan bertolak belakang dengan kebudayaan asli penduduk Jawa. Salah satu dari yang menolak hal itu adalah Pangeran Diponegoro yang dikenal sangat taat dan patuh terhadap agama Islam. Beliau merasa iba dan prihatin sekaligus khawatir terhadap masa depan penduduk. Kemarahan Beliau terhadap Belanda pun semakin memuncak ketika Belanda dengan semena-mena memutuskan untuk membuat jalan dan memasang patok-patok perencanaan jalan tersebut mengenai seluruh areal pemakaman leluhur penduduk, termasuk didalamnya makam leluhur Pangeran Diponegoro. Tindakan inilah yang memunculkan pemberontakan pertama yang dilakukan oleh Pangeran Diponegoro sehingga lambat laun menyebabkan peperangan terhadap Belanda.


Lagi-lagi sekelumit peristiwa tadi jelas menggambarkan bahwa didalam diri Beliau tertanam sifat pejuang dan rela berkorban demi penduduk. Bahkan tidak hanya dedikasi tindakan yang dipersembahkan oleh Beliau kepada penduduk, namun nyawa pun rela dipertaruhkan demi merubah masa depan penduduk Jawa.



Belajar Dari Pangeran Diponegoro

Di tahun 2013 ini, sudah sepantasnya para pejabat negara Indonesia belajar meniru dan menerapkan karakteristik yang ada pada Pangeran Diponegoro agar dapat menggugah dan merubah pandangan serta pemikiran rakyat sipil yang selama ini telah terbebani dan merasakan penderitaan berkepanjangan akibat praktek yang bersumber dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.


Tidak berlebihan kiranya Pangeran Diponegoro, dengan sedemikian karakteristiknya, dizaman sekarang ini di ibaratkan sebagai pejabat anti korupsi. Banyak hal positif yang kiranya dapat dipetik dari Beliau. Tentunya para pejabat negara dapat memetik sikap mental Beliau yang senantiasa tidak haus akan jabatan, sekalipun jabatan itu diberikan secara halal oleh Ayahandanya. Prinsip "cukup dengan yang ada sekarang dan mengoptimalkannya" adalah sebuah prinsip tepat untuk merubah wajah negara ini. Memang, bukan menjadi persoalan bila seorang pejabat menginginkan jabatan yang lebih tinggi dari yang ada padanya sekarang. Namun, apakah pantas menginginkan jabatan lebih tinggi sedangkan tugas dan fungsi pada jabatan yang sedang dijalankan sekarang belum optimal, bahkan masih jauh dari optimal?


Di samping itu, yang harus dipelajari secara perlahan dari Pangeran Diponegoro adalah membangun sikap protektif dalam menjaga kebudayaan dan kebiasaan asli dari daerahnya. Karakteristik Beliau yang satu ini dipandang cukup mudah untuk dipelajari namun cukup sulit untuk dilakukan. Mengingat globalisasi telah memasuki berbagai wilayah Indonesia, maka tak heran bila diperlukan kerja keras ekstra untuk menerapkannya. Sudah selayaknya para pejabat negara terlebih dahulu berperan aktif dalam hal ini, karena apabila masyarakat yang memulai peran aktif, maka dikhawatirkan pemerintah hanya akan selalu bermalas-malasan dan mendukung tindakan itu dengan setengah hati. Oleh karena itu, tak heran jika banyak ditemukan ormas-ormas dengan semangat menggebu berujung vakum dari pegerakan melestarikan dan menjaga kebudayaan dan kebiasaan asli daerahnya. Dan, pada akhirnya seluruh usaha ini akan berimbas kepada persatuan dan kesatuan bangsa.


Sikap rendah hati, merakyat dan rela berkorban pun juga tidak kalah pentingnya untuk ditumbuh-kembangkan ke dalam perasaan dan pemikiran setiap pejabat negara, karena sejatinya pejabat negara adalah penjelmaan dari unsur tekad, semangat dan keinginan positif masyarakat. Yang harus disadari adalah bahwa tanpa masyarakat, sudah tentu tidak akan ada pejabat. Oleh karena itu, sudah selayaknya setiap pejabat negara harus menanamkan dan memelihara ketiga bibit karakter ini agar dapat menciptakan mindset baru kedalam pikiran masyarakat. Sudah tentu bahwa sikap rendah hati akan menggiring setiap pejabat negara kepada sikap tidak mudah tersinggung dan lapang dada. Sedangkan sikap merakyat merupakan kunci keberhasilan seseorang sebagai makhluk sosial untuk dapat menjalin dan membangun hubungan emosional positif terhadap masyarakat. Sikap merakyat akan menghasilkan kepercayaan yang tinggi dari masyarakat. Sementara, sikap rela berkorban adalah sebuah sikap nyata yang akan menciptakan kecintaan dan kasih sayang dari masyarakat. Apabila kesemua ini tetap dijaga, maka keseluruhan energi positif yang muncul dari implementasi ini lama kelamaan akan menggenerasi dan memicu kebudayaan serta kebiasaan baru yang positif pula.


Penulis merasa bahwa karakteristik dari Pangeran Diponegoro saat ini telah dan sedang diterapkan oleh Gubernur DKI Jakarta, Jokowi. Entah secara sengaja atau tidak, bahkan mungkin secara kebetulan, secara langsung Gubernur satu ini telah mengamalkan karakteristik yang dimiliki oleh Pangeran Diponegoro. Di lihat dari sisi kepribadiannya, Gubernur DKI Jakarta periode 2012-2017 ini sangat kental dengan sikap rendah hati, merakyat dan rela berkorban demi penduduk DKI Jakarta. Terkait perihal jabatan yang lebih tinggi yang diinginkan oleh Jokowi, sesuai dengan prinsip optimalisasi tugas dan fungsi yang telah disebutkan sebelumnya, Penulis setuju untuk mengatakan bahwa tidak ada yang harus dikritisi sehubungan dengan jabatan yang lebih tinggi dari jabatan yang dilakoni sebelumnya. Hal ini jelas, karena pada kenyataannya, selama menjabat sebagai Walikota Solo, optimalisasi kinerja telah dilakukan. Selain itu ia juga pernah masuk nominasi sebagai kandidat Walikota terbaik versi City Mayors Foundation.


Sebenarnya, secara de fakto, DKI Jakarta merupakan kiblat pemerintahan bagi kepulauan lainnya. Apabila tata pemerintahan DKI Jakarta dapat diperbaiki dan berjalan dengan baik, maka diyakini, provinsi lainnya akan ikut serta memperbaiki sistem pemerintahannya. Akan tetapi, kita tidak bisa jika hanya berpangku tangan dengan melihat dan menunggu saja. Seiring itu, mulai dari sekarang, kita juga diharuskan untuk belajar dan menerapkan karakteristik Pangeran Diponegoro secara perlahan. Tak ketinggalan pula, selain dari Beliau, karakteristik para Pahlawan lainnya juga harus diamalkan oleh setiap pejabat dan penduduk sipil. Lagi pula tidak sepantasnya kita menyia-nyiakan tiap tetes keringat dan darah yang telah ditumpahkan oleh para pahlawan dan pejuang terdahulu.

Pernah dimuat pada Opini Harian Pagi Bangka Pos edisi 11 Januari 2013
Klik : Meneladani Pangeran Diponegoro