Senin, 28 Januari 2013

Memahami Pribadi Jendral Sudirman

         Tanggal 29 Januari adalah momentum yang tepat bagi seluruh warga indonesia untuk bercermin dan mengobati kondisi negeri kita yang dilanda oleh krisis kepemimpinan. Karena pada tanggal inilah, seorang pahlawan yang dinobatkan sebagai Pahlawan Pembela Kemerdekaan telah wafat, setelah bertahun-tahun lamanya memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Sudirman atau yang lebih dikenal dengan Jendral Sudirman adalah sosok Pahlawan yang lahir pada tanggal 24 Januari 1916 dan wafat pada 29 Januari 1950. Sudirman sendiri merupakan seorang Pahlawan yang bergelar Panglima Besar Jendral. Sebuah gelar tinggi yang diperoleh karena prestasi-prestasinya. Beliau merupakan panglima pertama sekaligus termuda dalam catatan sejarah negeri kita.
Selama pra dan pasca kemerdekaan, tercatat bahwa secara berturut-turut pasukan yang dikomandoi oleh Panglima Besar Jendral Sudirman berhasil menaklukkan pasukan Jepang dan Belanda yang pada saat itu tengah menduduki Indonesia. Serangan gerilya merupakan strategi perang yang selalu digunakan oleh beliau. Strategi inilah yang akhirnya selalu membawa beliau dan pasukannya memenangkan sejumlah peperangan. Semangat juang untuk berperang beliau tak pernah surut atau padam meski tubercolosis menggerogoti tubuhnya. Bahkan meski paru-parunya sudah dikempeskan sebelah oleh dokter, namun beliau tetap berdiri tegak memimpin perang. Pernah suatu ketika dengan kondisi tubuh yang sudah lemah beliau masih ingin ikut berperang. Pada saat itu, beliau berperang dengan ditandu oleh beberapa orang pasukannya. Beliau tetap ikut bergerilya dan mengatur strategi, serta menyemangati para pasukannya!
Apabila dicermati, maka seluruh keberhasilan yang telah diraih oleh Panglima Besar Jendral Sudirman, sesungguhnya tak lepas dari peran latar belakang kepribadiannya. Gigih, tegas dan tanggung jawab adalah beberapa bentuk sifat yang dimiliki oleh Beliau. Banyak manfaat yang dapat dipetik lewat kepribadian beliau untuk mengatasi krisis kepemimpinan yang hingga saat ini masih melanda negeri kita. Kiranya masih banyak kepribadian beliau lainnya yang dapat dicontoh oleh para petinggi negeri ini. Setelah dipahami, maka menurut Penulis, terdapat beberapa kepribadian Jendral Sudirman yang harus ditiru oleh para petinggi Bangsa ini. Namun, dari keseluruhan kepribadian tersebut, salah satu yang dipandang tak kalah penting adalah ketaatan dan kepatuhannya terhadap Agama. Inilah pondasi awal yang telah membentuk seluruh kepribadian beliau.

Kepribadian Jendral Sudirman
"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa pahlawannya". Inilah ungkapan luhur dari Bung Karno yang sudah sejak lama terngiang-ngiang di telinga setiap petinggi negeri ini, tapi tak pernah sama sekali dihiraukan. Akibatnya, jelas dapat kita lihat bersama lewat kondisi negeri kita sampai saat ini.
Sepertinya kita harus belajar dari negara Malaysia yang betul-betul menghargai jasa-jasa para pahlawannya. Bahkan, bukan hanya menghargai para pahlawan mereka saja, tetapi mereka juga menghargai orang yang mereka benci, pahlawan sekaligus presiden pertama negara Indonesia, Soekarno. Hal ini jelas dapat dilihat dari masih adanya sebuah bangunan mirip stadion yang memampang nama Soekarno, disana. Tak hanya masih ada, mereka juga merawat dan menjaganya. Tindakan tersebut dilakukan karena mereka merasa bahwa melalui Soekarno-lah mereka banyak belajar.
Kiranya, para pemimpin negeri kita juga harus mulai belajar untuk menghargai jasa para pahlawannya, termasuk Panglima Besar Jendral Sudirman. Berkenaan dengan tanggal 29 Januari adalah hari wafat Panglima Besar Jendral Sudirman, maka sosoknya patut dikenang dan diresapi oleh para pemimpin saat ini. Kiranya ada beberapa kepribadian beliau yang patut ditiru oleh para pemimpin agar keringat dan darah yang telah dikeluarkan beliau demi memerdekakan negeri ini, tidak menjadi sia-sia. Beberapa kepribadian tersebut adalah sebagai berikut :

  1. Ketaatan terhadap agama adalah sifat yang dimiliki oleh Jendral Sudirman. Diketahui oleh seluruh penduduk dan anggota pasukannya bahwa Jendral Sudirman adalah orang yang betul-betul taat dan patuh terhadap agama Islam. Bahkan sebelum menjadi prajurit perang, pada tahun 1936, beliau juga pernah menjadi guru di sebuah sekolah rakyat milik Muhammadiyah. Kian mantaplah keyakinannya terhadap agama. Keyakinan terhadap agama, apabila dipahami dan diamalkan, maka akan menggiring seseorang kepada keselamatan dunia dan akhirat. Selain itu norma-norma agama akan selalu mengarahkan setiap tindakan seseorang kepada hal-hal yang baik yang selaras dengan rasa keadilan masyarakat. Agama adalah pondasi awal bagi pertumbuhan para penganutnya agar dapat menuju kemantapan sifat, mental, dan sikap
  2. Rela berkorban juga merupakan salah satu sifat yang tercermin dari beliau. Berangkat dari rasa iba hingga akhirnya bermuara kepada kepedulian terhadap kehidupan masyarakat, maka tanpa ragu beliau angkat senjata, memerangi pasukan Jepang dan Belanda. Sikap yang tercermin ini merupakan perwujudan dari sifat rela berkorban yang ada di dalam diri beliau. Sifat rela berkorban akan memunculkan tekad baja yang kuat, karena semangat seluruh masyarakat terhimpun dan dibawa oleh orang yang rela berkorban tersebut. Selain itu, restu dan dukungan penuh masyarakat akan selalu menyertai orang-orang yang rela berkorban, sehingga kian berkobarlah semangatnya.
  3. Gigih dalam usaha. Kegigihan pada diri Jendral Sudirman tampak pada upayanya yang tak pernah berhenti memerangi pasukan Jepang dan Belanda demi meraih kemerdekaan. Bahkan meski pada saat perjuangannya, beliau pernah ditangkap oleh Belanda, namun peristiwa itu tak sedikitpun mengurangi tindakannya untuk kembali memerangi pasukan Penjajah. Itulah bentuk kegigihan beliau. Kegigihan akan melahirkan sikap pantang menyerah dan tak mudah putus asa.
  4. Amanah dan bertanggung jawab adalah sifat selanjutnya yang dimiliki oleh beliau. Bukti bahwa beliau adalah orang yang amanah dan bertanggung jawab dapat dilihat setelah beliau diamanahkan jabatan tinggi sebagai Panglima Besar Jendral oleh Soekarno. Tampak bahwa rasa kepercayaan yang telah disematkan tersebut beliau perlihatkan lewat tanggung jawabnya. Jelas sekali bahwa pada kondisi tubuh terlemah sekali pun, beliau merasa masih harus ikut berperang agar dapat memberikan pengarahan dan strategi serta menyemangati para pasukannya. Inilah bentuk tanggung jawab terhadap jabatan dan para anggota pasukannya. Sifat ini, akhirnya menimbulkan rasa simpati dan empati terhadap beliau, sehingga lambat laun para pasukan dan seluruh masyarakat juga mengadopsi sifat ini ke dalam diri masing-masing. Jelas, apabila sifat ini dimiliki oleh para pemimpin negeri ini, maka akan menumbuhkan sekaligus mempertahankan rasa kepercayaan dan kecintaan yang besar dan kuat dari masyarakat.
  5. Cerdas juga merupakan sifat yang dimiliki oleh Jendral Sudirman. Sifat ini tergambar jelas melalui perjalanan hidupnya disela tidak dan disaat berperang. Di saat sedang tidak berperang, beliau tetap menyusun rencana strategi pertahanan dan penyerangan. Bahkan di saat berperang, rencana strategi tersebut dilaksanakan dengan sempurna dan sukses. Berkat kecerdasan itulah, akhirnya beliau dapat terus meniti karirnya dari prajurit biasa, hingga akhirnya dapat meraih puncak kegemilangan karirnya sebagai Pangsar Jendral. Kecerdasan merupakan modal penting yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Karena kecerdasan seorang pemimpin merupakan cikal bakal indikator bagi perkembangan dan kemajuan wilayahnya. Dengan adanya kecerdasan, maka seorang pemimpin tidak akan mudah diperdaya dan dijerat oleh para bawahan atau pun individu-individu yang sejajaran dengannya.
  6. Jiwa sosial adalah salah satu sifat dari sekian banyak sifat luhur yang bersemayam dalam pribadi Jendral Sudirman. Jiwa sosial yang dimiliki oleh Sang Jendral dapat dilihat ketika masa pendudukan Jepang di Indonesia, beliau bergabung ke dalam organisasi Badan Pengurus Makanan Rakyat untuk menolong masyarakat dari bahaya kelaparan. Apabila seorang pemimpin memiliki sifat ini, maka jelas, pemimpin tersebut akan memperhatikan nasib masyarakat disela memperhatikan nasib diri, keluarga, dan kerabatnya sendiri.

Jelas sudah bahwa apabila para petinggi bangsa ini dapat menghargai jasa para pahlawannya, maka kondisi negara kita tidak akan menjadi seperti saat ini. Setidaknya kita juga dapat belajar dari Panglima Besar Jendral Sudirman yang sudah bersusah payah bersama para pahlawan lainnya merebut kemerdekaan Indonesia. Apabila mereka tidak ada, maka sampai saat ini kita pasti masih menderita dijajah oleh bangsa luar. Sudah saatnya kita belajar meniru kepribadian Jendral Sudirman agar dapat melahirkan pahlawan selanjutnya, yang akan memerangi para penjajah yang berasal dari bangsa kita sendiri.

Dimuat pada Harian Pagi Radar Bangka Edisi 29 Januari 2013
Klik : Memahami Pribadi Jendral Sudirman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar