Sesaat sebelum terpejam, aku ingin singkat bercerita tentang sebuah kisah mengangga yang selama ini tergenggam. Berlabuh dari seberang pulau tempat berikrar. Di tepiannya dihembus angin, kemudian di lautannya aku dibenas gulungan ombak. Biduk adalah raga, sepasang tangan dan kaki adalah kayuh.
Terapung diatas riak air bergemuruh. Diterik oleh bulatan rembulan tanpa cahaya. Terfikir kematian yang sudah merona didepan, kian lemas untuk bergerak meski tanpa arah tujuan.
Ruang hampa ini memerangkap. Menghalang pandang seribu langkah ke depan. Terkadang oleng dihempas keputusasaan.
Muak! Muak mendekap lebih erat untuk sekedar menjilati emosi yang ada. Lelah raga berayun terancam lumpuh pada harap. Sia semua!
Terus.... terus... dan terus begitu.... Tiada henti meringis sendiri. Patah kayuh ditengah keempatnya, hingga tak lagi sedikitpun pikiran memacu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar