Kami hanya besi. Ya, hanya belulang yang tercipta dari benda yang miliki potensi karat.
Kini, keropos sudah budi luhur karena hentakan berkoar yang kerap kalian hujam ke titik jantung kehidupan kami.
Kami usang dan tiada terpakai. Kami hanya patung yang terukir atas nama negara.
Tataplah ke seberang sana, kaum pengais sampah yang menangis, menelan bulat sampah sembari menguapkan kata-kata sumpah.
Tatap juga ke seberang sini. Di sini, kami dan seluruh kampung kecil yang terdesak, hampir meledak karena mendadak tak mendapat ruang gerak.
Kami semua rusak diboroknya kebobrokan negeri tercinta.
Sahabat terkasih, tolong kami. Kirimkan kami kudapan yang pantas, berikan kami ruang yang bebas.
Kami manusia biasa yang kerap tak sanggup hidup berdampingan dengan siksa.
Sementara kalian berpesta, tolong jangan berikan kami dusta.
Karena kini, kami tengah ditikam oleh paceklik cairan pengharapan, hingga kami menangis dengan air mata darah.
Tolong, jangan izinkan tangisan kami membanjiri tanah, sebab kami tak ingin benih dan tunas peneduh hati mati ditetesinya.
Berhentilah, Saudaraku yang congkak! Cukupkanlah seluruhnya. Jangan kenakan lagi slogan ''KALIAN MENENTANG, AKU MELENGGANG LALU SELAMANYA MENGHILANG''.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar