Sudah sekian pekan terlewati.
Dulu mimpi, kini jadi bukti.
Istilah ungkapan sama mati,
laik tajam duri dilahapi api.
Kini, kita ada ditengah titian.
Berjalan dipaksa oleh kasihan.
Terasa masih jauh ujung tepian.
Disini, tersedu aku menyedan.
Aku melihat engkau masih menyulam.
Duduk tenang terlihat menggenggam.
Memang sorot mata hampir terbenam,
tapi, nampak asa yang tak membenam.
Disudut, aku hanya berdiri mematung.
Jujur, tubuhku sedang dinikmat belatung.
Kini, tergantung aku terkatung-katung,
hingga tak lagi tahu apa arti beruntung.
Sehamparan debu yang menjadi daratan.
Dan kitapun membentuk sebuah dataran.
Menjorok tinggi kearah atas cahaya bulan.
Bagaimanakah cara pulang kearah selatan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar