Sisihkan waktu agar raga dapat untuk saling bertemu hingga tergapailah hasrat merindu terbayar.
Sekian waktu berjalan, Sayang. Terkadang hampir seperti ia melarikan diri dari sisi. Aku akan memotong sebuah sajak kasih yang ku penggal dari karya Kahlil Gibran agar kelak dapat ku sembahkan padamu kelak jika cinta itu datang bertandang walaupun hanya untuk sekedar bertamu.
Sudahlah, tiada berujung untuk difikir. Beginilah bila kita telah menanam benih dan menyiramnya dengan belasan rasa kasih, Sayang. Akhirnya tumbuhlah rimbun benih dengan buah melebat.
Kasih, kita sadar bahwa kita telah salah menapak. Kita telah keliru menempatkan jejak. Tidakkah kau merasa khawatir bila kelak jejak tersebut terendus oleh sepasang mata yang selama ini kerap kita tatap?
Namun, lagi-lagi semua hal yang pernah melintas tidaklah jadikan kita ragu untuk terus memacu keinginan yang bersatu dengan lembut dalam alunan syahdu. Kita masih bergandeng dengan berendeng-rendeng buaian manja sang asmara yang datang sebab salinan akibat dari kehendak.
Terkadang waktu memang buat kita bersedih, pun terkadang ia terasa seperti menghiris nadi kita sendiri. Namun kita selalu tidak ingin berjalan sendiri-sendiri. Mungkin ini adalah garisan yang memang tetap harus terjadi.
Andaikan setiap kebersamaan yang kita jaga membuat aliran air menjadi keruh, maka siapkah dirimu untuk mencari sulingan bambu demi jernihkan aliran itu?
Dengannya, agar kita dapat minum, kasih. karena kita butuh penghilang dahaga yang kelak disuatu saat akan bergelayutan dikerongkongan kita.
Siapkan dirimu dan siapkan kita, Kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar