Jumat, 24 Desember 2010

Kembali, Bersemi

Selalu ku tunggu, Sayang. Akhirnya esok adalah kenyataan. Tak lagi ingin ku terus lelap diatas ranjang sendiri. Ya, aku sudah bangun, Sayang. Bangun sebab tak lagi ingin bermimpi dihasut sepi. Saat ini dilarut, biarkanlah aku dilaruti larut itu. Aku tak keberatan hanya untuk malam ini. Demi kau, Sayang.

Disini duduk ku menetap untuk sambut terang esok, Sayang. Lepas aku nikmati waktu yang selama ini selalu membuat cemburu. Biarkan diam merasuki sambil aku memutar mata didalam kantongnya yang tak terbuka.

Tenanglah, tiada sepi yang menghampiri, Sayang. Sebab dikedua telingaku terpasang bunyi. Bunyian dengan nada agak mengalun pelan, walaupun terkadang ia meninggi. Tapi jujur, sungguh ia nya manjakan dengaran ini.

Hampir satu semester sejak saat kita saling melepas genggam yang biasa memaut erat enggan memisah. Kini tibalah waktu tangan saling bercengkram genggam kembali.

Sayang.... Terasa tak habis malam ini menjadi wadah penampung kebahagiaan yang meluah dihati. Saat ini memang telah kau katupkan tatap, tapi tak apa, sebab justru itu menambah keceriaan walau hari sudah gelap. Aku tak sabar menanti terbit esok, Sayang. Berharap teduh bila esok telah menjelang. Jangan lagi kau menghilang, Sayang. Kita nikmati panas matahari bersinar dibawah rimbunnya dedaun yang masih melekat dipohon kemarin.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar