Yang terasa kini sangat memilukan.
Namun, senyuman ini takkan pecah.
Ku abadikan tiap guratnya dicermin,
supaya kelak dapat kutatap kembali
Aku tak pernah memaki kepedihan,
Sebab aku tahu semua adalah ujian.
Ditengah kilat aku bersimpuh, Tuhan,
Hanya untuk meminta belas kasihan.
Kusingkap lembaran buku kehidupan,
Penuh dengan noda bekas kesalahan.
Ku tegakkan mata pena ini perlahan,
Lalu, seiring kepedihanku ia berjalan.
Meski tertikam duri pada kedua kaki,
Harapku hanyalah dapat tetap berdiri
Melangkah dan pergi menyusuri hari,
Dengan senyuman terbaik menghiasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar