Senin, 08 Maret 2010

Tangisan Hati

Malam bisu yang membujur kaku hingga membeku.
Merdu alunan jangkrik nyaris tak terdengar.
Angin pun menghentikan deru nafasnya.

Dalam sunyi senyapnya gelap aku merayap.
Menyelam dalam pekat dan bergerak.
benturan menghampar bagai kumpulan besi karat.
Aku karam....
karam, sebab tubuh mendadak kram.
Aku tenggelam...
Didasarnya, mungkinkah aku kan tenang?

Terperangkap aku dalam diam tanpa irama.
Bahkan, memakai isyarat pun aku tak bisa.
Apakah ini sebab luka yang belum berhenti merana?
entah...
Penyair suci diatas bulan sabit pun takkan pernah bisa mengerti itu.

Aku harus berhenti mengingatnya,
Meski cinta itu masih tergantung diatas hati.
Aku harus berhenti mengenangnya,
Meski sayang itu masih terpaut didalam mimpi.


1 komentar:

  1. sebuah sajak, kadang memang tangisan hati. tangisan tak harus slalu berurai lewat air yang mengalir, namun juga kata yang terangkai.

    manis dhan :D

    BalasHapus