Kamis, 04 Maret 2010

Sesal

Selubungiku dengan kehampaan, hingga ruas jiwa hampir habis dilahap nafsu.
Bermain dengan asa yang telah lama terpatri, aaah! Hantarkan ku pada kesakitan yang menggumpal.
Berharap semua kan lekang dimangsa waktu, namun, tak mudah tekanan itu hangus oleh gesekan.

Melengser ku terduduk ditepi, rasakan bibir merapat dengan hati yang kian membuka.
Saat kekosongan datang lagi, sepertinya tak sanggup ku mengingat.
Terus… terus…. Dan terus bertanya, siapakah dia?
Apakah hatiku telah terbelah oleh tajamnya pisau nafsu?

Aku menjerit sejadi – jadinya… dengan lantang ku tantang malam tanpa bintang.
Tanpa cahaya…. Aku gelap. Aku sesak.
Dengan nikmat malam pun mulai memadu kesendirianku.
Beri ku sepi seperti manusia yang telah mati.

Sudahlah.
Aku sudah tidak ingin memacu keinginan.
Biarlah ia hanya termangu pasif, sebab semua hanya impian berbau busuk!
Sampah! Benar, ia adalah sampah yang harus terbuang dari tempatnya.

Ingatku tentang waktu itu.
Hanya redupkan cahayanya.
Ia yang tanpa pamrih berikan kehangatan.
Selalu sinari tiap kakiku menapak.
Ia berdoa hanya untukku.

Maaf, kasih.
Kemarin perasaan ini khilaf.
Kemarin cinta ini salah berpijak.
Kemarin sayang ini salah menepi.
Kemarin juga tatapku berimu kemunafikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar