Kamis, 04 Maret 2010

Derai Derita

Bulir pekat tinta basahi suci kanvas putih
Hadirkan nyanyian lirih sepi nan merintih
Begitu erat tembok hasrat yang menghimpit
Lukiskan sayatan hati meluka yang perih

Serautan wajah keras terlihat membeku
Sebab rindu usang kejam telah berpadu
Lihatlah sorot mata sedih yang memaku
Sebab penantian yang tiada tahu waktu

Berusaha berenang melawan gelombang
Ditarik arus demikianlah ia mengambang
Bagaimana dapat memeluk sang karang
Sedang, disana tertahan jalan keseberang

Hari ini tentang luka yang masih berdarah
Mungkin lusa tentang diri yang menyerah
Sekarang sang elang baru belajar terbang
Akankah sayap patah lalu jatuh ke jurang?

Hanya terlihat anggukan atas semua tanya
Mengapa tidak beranikan diri tuk berkata!
Batin lelah sebab engkau yang jarang ada
Lelah hanya meradang demi sebuah cinta

Suatu saat dimana siang dibaluri tebal kabut
Itulah engkau, kehangatan yang tiada terasa
Suatu saat dimana bianglala hiasi cakrawala
Itulah dia, uraian tipis yang kaya akan manfaat

Dia adalah guratan bahagia diatas surat takdir
Sedangkan kau, kau hanya mimpi yang tergantung
Tak perduli berapa waktu yang telah terlewati
Tetap kelak pasti mati, sebab tiada yang abadi

Kini, untaian keyakinan tak lagi tertanam kuat
Janji - janji hanya lah kutipan yang tak tertulis
Bualan belaka seluruh syair suci yang terkunci
Bersemayamlah kalian semua didalam peti mati besi!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar